Sabtu, 04 Juli 2009

Sistem Komunikasi Serat/ Fiber Optik

Perkembangan teknologi telekomunikasi memungkinkan penyediaan sarana telekomunikasi dalam biaya relatif rendah, mutu pelayanan tinggi, cepat, aman, dan juga kapasitas besar dalam menyalurkan informasi. Seiring dengan perkembangan telekomunikasi yang cepat maka kemampuan sistem transmisi dengan menggunakan teknologi serat optik semakin dikembangkan, sehingga dapat menggeser penggunaan sistem transmisi konvensional dimasa mendatang, terutama untuk transmisi jarak jauh.
Dampak dari perkembangann teknologi ini adalah perubahan jaringan analog menjadi jaringan digital baik dalam sistem switching maupun dalam sistem transmisinya. Hal ini akan meningkatkan kualitas dan kuantitas informasi yang dikirim, serta biaya operasi dan pemeliharaan lebih ekonomis. Sebagai sarana transmisi dalam jaringan digital, serat optik berperan sebagai pemandu gelombang cahaya. Serat optik dari bahan gelas atau silika dengan ukuran kecil dan sangat ringan dapat mengirimkan informasi dalam jumlah besar dengan rugi-rugi relatif rendah.
Dalam sistem komunikasi serat optik, informasi diubah menjadi sinyal optik (cahaya) dengan menggunakan sumber cahaya LED atau Diode Laser. Kemudian dengan dasar hukum pemantulan sempurna, sinyal optik yang berisi informasi dilewatkan sepanjang serat sampai pada penerima, selanjutnya detektor optik akan mengubah sinyal optik tersebut menjadi sinyal listrik kembali.


Prinsip Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik

1. Driver

Berfungsi mengendalikan sumber optik berdasarkan sinyal elektrik yang diterima dan mengubah sinyal elektrik menjadi sinyal optik.

2. Sumber Optik (Cahaya)

Dapat menggunakan LED atau LASER. LED merupakan perangkat yang memancarkan cahaya dengan arah menyebar. Pada umumnya digunakan untuk serat optik multimode step indeks. LASER dapat memancarkan cahaya dengan daya 10-100 kali lebih besar dibandingkan dengan LED. Pada umumnya digunakan untuk serat optik singlemode step indeks. Untuk transmisi jarak jauh, penggunaan LASER sebagai sumber cahaya lebih menguntungkan dibandingkan menggunakan LED.

3. Detektor Optik

Berfungsi untuk mengubah kembali sinyal optik menjadi sinyal elektrik. Detektor optik dapat menghasilkan gelombang sesuai aslinya, dengan meminimalisasi losses yang timbul selama perambatan, sehingga dapat juga menghasilkan sinyal elektrik yang maksimum dengan daya optik yang kecil.
Detektor optik yang sering digunakan ada 2, yaitu :

a. Detektor Optik PIN (Positive Intrinsic Negative) Photodiode

Diode PIN adalah sebuah semikonduktor dengan bagian yang didop P, sebuah intrinsik dan bagian yang didop N,sehingga sebagai berikut apat menimbulkan satu pasang elektron tunggal yang diabsorbsi
Detektor ini bekerja menurut fungsi modulasi arus oleh cahaya yang diserap, dimana daya optik yang masuk selama sebuah pulsa da[pat dianggap sebagai penerimaan dari sejumlah foton yang masin-masing mempunyai energi sebesar :

dimana : H = konstanta Planck (6,0625. 10-34)
V = kecepatan Foton (C/?)
E = energi Foton
b. Detektor Optik APD (Avalanche Photodiode)

Dapat menghasilkan lebih dari satu pasang elektron tunggal melalui ionisasi. APD biasa digunakan untuk sistem yang memerlukan sensitifitas tinggi, sedangkan PIN digunakan untuk sistem yang memerlukan sensitifitas rendah.

4. Rangkaian Penguat
Berfungsi untuk menguatkan sinyal elektrik sesuai dengan sinyal elektrik yang ditransmisikan.


SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI SERAT OPTIK

Dari teori telekomunikasi diketahui bahwa dengan menggunakan frekuensi yang lebih tinggi akan didapat lebar band yang lebih besar sehingga kapasitas penyaluran akan lebih besar pula. Berdasarkan teori ini dilakukan penelitian penggunaan cahaya untuk komunikasi.
a. Pada tahun 1960, Maiman dari Hunges Airecraft menemukan LASER (Light Amplication by Stimulated Emission of Radiotion), kemudian timbul pemikiran untuk menggunakan cahaya sebagai alat komunikasi.
b. Sinar LASER karena karakteristiknya, dapat diperlukan sama dengan seperti gelombang elektromagnetik dan cukup baik digunakan untuk menyalurkan informasi.
c. Laser pertama kali dicoba sebagai alat komunikasi dengan cara memancarkan sinar tersebut ke udara, namun percobaan ini gagal karena banyaknya gangguan seperti hujan, angin, salju, dan lain-lain sehingga percobaan serupa tidak pernah dilakukan lagi.
d. Percobaan selanjutnya dilakukan dengan memancarkan sinar Laser ke dalam BEAM GUIDE (pipa) yang didalamnya dipasang lensa pada jarak tertentu, lensa tersebut berfungsi untuk memfokuskan sinar Laser yang datang.
Dari hasil percobaan ini ternyata, rugi-rugi transmisi seperti pada butir [c] diatas dapat diperkecil, namun akurasi letak lensa sepanjang BEAM GUIDE harus dijaga tetap, karena bila ada perubahan atau pergeseran letak lensa (akibat benturan atau goncangan) akan mengganggu perambatan sinar Laser tersebut.
Komunikasi dengan cara ini, tidak dipergunakan lagi karena tidak praktis serta membutuhkan biaya mahal.
e. Dari bermacam-macam jenis Laser (Laser solid, liquid dan semikoduktor) maka jenis Laser semikonduktor yang terbaik, meskipun umur operasionalnya pendek.
f. Pada tahun 1966, DR KAO melakukan percobaan dengan merambatkan sinar Laser ke dalam Transparan Fiber. Namun cara tersebut hanya berhasil untuk jarak relatif pendek. Hal tersebut disebabkan karena kurang sempurna proses pembuatan Transparan Fiber, sehingga timbul rugi-rugi bahan yang dapat menghambat proses perambatan cahaya didalamnya.
g. Pada tahun 1970, pabrik gelas Cording di Amerika Serikat berhasil membuat fiber dengan bahan dasar silica yang mempunyai rugi-rugi bahan relatif kecil (± 20 dB/km), sehingga sangat baik digunakan untuk komunikasi cahaya.
h. Bersamaan waktu dengan ditemukan silica sebagai bahan dasar fiber, umur operasional Laser semikonduktorpun berhasil ditingkatkan menjadi 10.000 jam (oleh Hayashi dan Panish).
i. Selain Laser semikonduktor, dikembangkan sumber optik lainnya yang dinamakan LED. Sama halnya dengan Laser dapat memancarkan cahaya dengan baik, namun karena tidak adanya umpan balik pada cahaya yang dipancarkannya atau dimasukkan pada fiber, maka LED menghasilkan cahaya yang tidak koheren.
Sinar LED dapat memancarkan dalam beberapa mode yang berbeda sehingga hanya sesuai untuk serat optik multimode dengan diameter besar.
j. Pada sisi penerima (Detektor), Johnson menemukan Photo Diode yang dapat menguatkan sinyal datang dan Avalanche Photo Diode (APD) sampai saat ini masih merupakan Detektor optik yang diunggulkan.
k. Pada tahun 1976, dilakukan uji coba penggunaan kabel optik untuk jaringan penghubung (junction) ternyata hasilnya cukup baik, sehingga pada tahun-tahun berikutnya penggunaannya mulai dipromosikan secara meluas.
l. Pada tahun 1980, Amerika dan Spanyol telah menggunakan kabel optik sebagai sarana telekomunikasi pedesaan (Rural Telecommunication).
m. Pada tahun 1983, setelah serat optik dikembangkan dan diproduksi oleh banyak negara dan penggunaannya secara luas mulai dilakukan, Jepang dan Amerika bekerja sama membangun sistem transmisi yang menghubungkan Jepang-Hawaii (sepanjang 7000 km) dengan menggunakan kabel optik.
n. Indonesia sendiri sejak tahun 1986 telah menggunakan kabel serat optik sebagai jaringan penghubung antar sentral lokal di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sedang yang terjauh adalah pembangunan kabel opitk Jakarta- Surabaya oleh NKF.
o. Pada tahun 1996 dimulai penggunaan secara massal tipe serat optik single mode di Indonesia oleh PT Telkom dan Indosat. Untuk menggantikan Tipe Multimode, karena pertimbangan redaman pada tipe singlemode lebih kecil daripada tipe multimode.

Pada tahun 1999 di Indonesia dibangun Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) yang menghubungkan Surabaya – Banjarmasin, Surabaya – Makassar, Banjarmasin – Makassar menggunakan topologi SDH.

KARAKTERISTUK SERAT OPTIK
a. Ukuran kecil

Diameter luar serat optik berkisar antara 100-250 µm. Diameter maksimum setelah dilapisi/dibungkus dengan plastick/nilon sebagai jaket menjadi ± 1 mm. Ukuran ini masih sangat kecil dibandingkan dengan konduktor kabel coaxial (1- 10 mm).

b. Ringan

Dibandingkan dengan kabel transmisi biasa (Spesifigravity 9.8) maka specifigravity bahan silica sebagai serat optik yaitu 2.2, sehingga beratnya menjadi 1/2 – 1/3 berat kabel transmisi biasa.

c. Lentur

Pada umumnya serat optik tidak akan patah bila dilengkungkan dengan radius 5mm. Oleh karenanya kabel serat optik mempunyai kelenturan yang sama dengan kabel transmisi biasa, sehingga teknis pemasangannya tidak jauh berbeda dengan teknik pemasangan kabel biasa.

d. Tidak berkarat

Bahan silica sebagai bahan dasar serat optik mempunyai sifat kimia yang sangat stabil oleh karenanya tidak mungkin berkarat.

e. Rugi-rugi rendah

Serat optik dengan bahan silica mempunyai rugi-rugi transmisi rendah, besarnya berkisar 2-8 dB/km dengan panjang gelombang 830 nm. Dibandingkan dengan kabel coaksial yang mempunyai rugi-rugi transmisi sebesar 19 dB/km pada frekuensi 60 Mhz.

f. Kapasitas tinggi

Kapasitas dalam menyalurkan informasi per cross section area sangat besar disamping mempunyai bandwidth yang lebar (Broadband). Sebagai contoh : Kapasitas penyaluran per cross section area 100 x dibandngkan dengan multi pair cable dan 10 x dibandingkan dengan coaxial cable.

g. Bebas induksi

Serat optik menggunakan bahan dasar silica yang pada dasarnya merupakan bahan dielektrik yang sangat baik dan kebal terhadap induksi elektromagnet dan juga terhadap kilat/petir.

h. Cross Talk rendah

Kemungkinan terjadinya kebocoran sinar antar serat optik sangat kecil, demikian pula kebocoran akibat masuknya sinar dari luar kemudian ikut merambat dalam serat optik.

i. Tahan temperatur tinggi

Bahan silica mempuyai titik leleh ± 1900º C dan ini sangat jauh diatas titik leleh capper dan plastik. Sangat ideal bila dipergunakakn sebagai sarana komunikasi pada daerah yang rawan terhadap tenperatur tinggi.

j. Tidak menimbulkan bunga api

Pada titik sambung tidak mungkin terjadi bunga api (discharge), oleh karenanya sangat ideal bila digunakan pada tempat-tempat yang peka terhadap ledakan/kebakaran.

k. Tidak dapat dicabangkan

Serat optik mempunyai ukuran sangat kecil/sangat tipis. Oleh karenanya sangat sulit bahkan tidak mungkin untuk dicabangkan. Bila harus dicabangkan maka harus dilakukan perubahan terlebih dahulu dari sinyal optik ke sinyal elektrik.

l. Tidak menggunakan bahan tembaga

Serat optik menggunakan bahan silica yang tidak mengandung unsur logam bahkan serat optik yang menggunakan Multicomponent Glass, unsur campuran logam (copper) sangat kecil. Tembaga hanya digunakan sebagai pelapis pelidung pada kabel fiber optik untuk komunikasi kabel laut dan sebagai lewatnya arus DC untuk mencatu tegangan pada repeater-repeater di bawah laut.

m. Rapuh

Meskipun rapuh, namun masih mempunyai daya peregangan kurang lebih sebesar 5% untuk menghindarkan kerusakan serat optik pada waktu pemasangan/penarikan, maka pada waktu disusun menjadi kabel optik diberi penguat.

STRUKTUR DASAR SERAT OPTIK

Struktur dasar dari serat optik sebenarnya tersusun atas coating, cladding dan core. Namun demi alasan keamanan maka ditambahkan pengaman setelah lapisan coating. Lapisan tersebut bisa berupa plastik, seng, atau anyaman kawat besi tergantung pada kondisi kabel optik ditempatkan. Berikut adalah gambar susunan dari fiber optik.

Struktur dasar serat optik

> Core ( Inti )

Core berfungsi untuk menentukan cahaya merambat dari satu ujung ke ujung lainnya. Core terbuat dari bahan kuarsa dengan kualitas sangat tinggi. Ada juga yang terbuat dari hasil campuran silica dan glass. Sebagai inti, core juga tempat merambatnya cahaya pada serat optik. Memiliki diameter 10 µm – 50 µm. Ukuran core mempengaruhi karakteristik dari serat optik.

> Cladding

Cladding berfungsi sebagai cermin yaitu memantulkan cahaya agar dapat merambat ke ujung lainnya. Dengan adanya cladding ini cahaya dapat merambat dalam core serata optic. Cladding terbuat dari bahan gelas dengan indeks bias yang lebih kecil dari core. Cladding merupakan selubung dari core. Diameter cladding antara 5 µm – 250 µm. Hubungan indeks bias antara core dan cladding akan mempengaruhi perambatan cahaya pada core (mempengaruhi besarnya sudut kritis).

> Coating ( Jaket )

Coating berfungsi sebagai pelindung mekanis pada serat optik dan identitas kode warna. Terbuat dari bahan plastic. Berfungsi untuk melindungi serat optik dari kerusakan.

HUKUM DASAR SERAT OPTIK

Sistem komunikasi serat optik terkait dengan perambatan energi cahaya pada serat optik. Cara serat optik melewatkan cahaya bergantung dari sifat cahaya dan struktur serat optik yang dilewati.Dari sudut pandang telekomunikasi, cahaya adalah suatu bentuk energi yang merambat dalam bentuk gelombang. Itulah sebabnya, serat optik juga disebut optical waveguide, karena berfungsi sebagai pembimbing gelombang cahaya.
Parameter cahaya dari sustu material yang perlu diketahui adalah index of refraction atau index bias. Bila gelombang cahaya merambat dalam ruang hampa maka kecepatannya adalah c = 3×108 m/s. Bila gelombang cahaya merambat melalui material, tidak dalam ruang hampa, maka kecepatannya akan lebih kecil dibandingkan dalam ruang hampa, yaitu sebesar :

v=c/n atau n=c/v
dimana n = index of refraction atau index bias
v = kecepatan cahaya dalam material

Cahaya merambat dalam dua medium berbeda dengan tiga cara yaitu merambat lurus, dibiaskan dan dipantulkan. Saat cahaya melintasi dua media yang berbeda, ada bagian cahaya yang dipantulkan kembali ke medium pertama dan sebagian lainnya dibiaskan.

JENIS-JENIS SERAT OPTIK
Serat optik terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
1. Multimode Step Index

Pada jenis multimode step index ini, diameter core lebih besar dari diameter cladding. Dampak dari besarnya diameter core menyebakan rugi-rugi dispersi waktu transmitnya besar. Penambahan prosentase bahan silica pada waktu pembuatan. Tidak terlalu berpengaruh dalam menekan rugi-rugi dispersi waktu transmit. Berikut adalah gambar dari perambatan gelombang dalam serat optik multimode step index.

Perambatan Gelombang pada Multimode Step Index

Jenis serat optik ini mempunyai perubahan index bias yang mendadak seperti ditunjukkan oleh gambar berikut.


Index bias dari multimode step index

Multimode Step Index mempunyai karakteristik sebagai berikut :
• Indeks bias core konstan.
• Ukuran core besar (50mm) dan dilapisi cladding yang sangat tipis.
• Penyambungan kabel lebih mudah karena memiliki core yang besar.
• Sering terjadi dispersi.
• Hanya digunakan untuk jarak pendek dan transmisi data bit rate rendah.

2. Multimode Graded Index

Pada jenis serat optik multimode graded index ini. Core terdiri dari sejumlah lapisan gelas yang memiliki indeks bias yang berbeda, indeks bias tertinggi terdapat pada pusat core dan berangsur-angsur turun sampai ke batas core-cladding. Akibatnya dispersi waktu berbagai mode cahaya yang merambat berkurang sehingga cahaya akan tiba pada waktu yang bersamaaan. Berikut adalah gambar perambatan gelombang dalam multimode graded index.


Perambatan Gelombang pada Multimode Graded Index

Index bias yang berubah secara perlahan ditunjukkan pada gambar berikut.


Perubahan index bias pada multimode graded index

Multimode Graded Index mempunyai karakteristik sebagai berikut :
• Cahaya merambat karena difraksi yang terjadi pada core sehingga rambatan cahaya sejajar dengan sumbu serat.
• Dispersi minimum sehingga baik jika digunakan untuk jarak menengah
• Ukuran diameter core antara 30 µm – 60 µm. lebih kecil dari multimode step Index dan dibuat dari bahan silica glass.
• Harganya lebih mahal dari serat optik Multimode Step Index karena proses pembuatannya lebih sulit.

3. Single mode Step Index

Pada jenis single mode step index. Baik core maupun claddingnya dibuat dari bahan silica glass. Ukuran core yang jauh lebih kecil dari cladding dibuat demikian agar rugi-rugi transmisi berkurang akibat fading. Seperti ditunjukan gambar berikut.


Perambatan Gelombang pada Singlemode Step Index

Pada single mode step index ini. Index biasnya berubah secara mendadak seperti pada multimode step index. Seperti ditunjukan gambar berikut.


Index bias untuk single mode step index

Singlemode Step Index mempunyai karakteristik sebagai berikut :
• Serat optik Singlemode Step Index memiliki diameter core yang sangat kecil dibandingkan ukuran claddingnya.
• Ukuran diameter core antara 2 µm – 10µm.
• Cahaya hanya merambat dalam satu mode saja yaitu sejajar dengan sumbu serat optik.
• Memiliki redaman yang sangat kecil.
• Memiliki bandwidth yang lebar.
• Digunakan untuk transmisi data dengan bit rate tinggi.
• Dapat digunakan untuk transmisi jarak dekat, menengah dan jauh.
Untuk jenis single mode ini ada beberapa spesifikasi yang umum digunakan. Yaitu G652, G653, G665, G662.

Prinsip Dasar CDMA

Code Division Multiple Acces (CDMA) termasuk didalamnya 2 teknologi dasar yaitu code divison berdasarkan spread spectrum dan teknologi multiple acces. 2 Dasar teknologi ini berkombinasi mendukung tekhnis dari sistem komunikasi mobile CDMA pada saat ini.

Teknologi Spread spectrum ( Komunikasi Spread spectrum) bersama-sama dengan komunikasi fiber optik dan komunikasi satelit adalah 3 hi-tech mode transmisi komunikasi.

dasar ide dan teori dasar dari komunikasi spread spectrum adalah formula Shannon. Shannon memecahkan sebuah formula untuk teori informasi kapasitas channel dalam risetnya :

C= B * log2 (1+S/N)
- C adalah kapasitas channel dalam bit/s
- B adalah sinyal bandwith dalan Hz
- S adalah power rata- rata dari sinyal dalam W (watt)
- N adalah power ratat- rata dari noise dalam W (watt)

Formula ini menunjukkan bahwa jika kecepatan transmisi informasi C adalah fix/tetap. Perbandingan Bandwith dan sinyal ke noise S/N akan berubah.Dengan meningkatnya channel informasi didapatkan pengiriman yang benar pada kecepatan yang sama kecil dengan perbandingan signal to noise. Sebagai tambahan, komunikasi yang benar maka dapat menahan peningkatan bandwith sinyal bahkan ketika sinyal masuk kedalam noise. Ini artinya keuntungan dari tingginya perbandingan signal to noise dapat diperoleh dengan spreading spectrum dan pengiriman informasi dalam sinyal pita lebar.

- Proses Spread dan Despread

Teknologi spread spectrum adalah sebuah mode transmisi informasi yang menyertakan modulasi dengan kode spread pada pemancar untuk membuat sinyal bandwith jauh lebih besar daripada bandwith yang dibutuhkan oleh data, dan demodulasi pada penerima menggunakan kode spread yang sama untuk memperoleh data yang asli.

Rabu, 22 April 2009

Merubah Warna Tampilan Facebook

Bosan dengan tampilan warna Facebook yang biru tua itu? Apalagi bila anda punya laptop atau komputer pribadi di rumah dan tiap hari selalu mengakses Facebook, tentu pernah suatu saat bosan dengan tampilan Facebook yang standar dari hari ke hari.

Tenang aja, dengan mempergunakan sebuah script, anda bisa mengubah warna tampilan Facebook sesuai dengan keinginan anda? Yups….. apapun warna kesukaan entah itu hijau, pink, purple, merah, kuning, abu-abu atau bahkan orange, bisa anda pakai jadi warna tampilan Facebook anda. Tidak percaya? Silahkan lihat gambar di bawah ini, warna tampilan Facebook sebelum dan sesudah dirubah dengan mempergunakan Facebook Color Changer.

Facebook default sebelum mempergunakan Facebook Color Changer

Facebook default

Facebook setelah mempergunakan Facebook Color Changer

Facebook setelah diedit 1

Facebook setelah diedit 2

Untuk mempergunakan script perubah warna Facebook cukup anda download dan instal Script Facebook Color Changer, namun sebelumnya pastikan dulu Greasemonkey telah terinstal dengan baik di komputer anda, dan anda meng-Enable-kan Greasemonkey ini. Keterangan tentang Greasemonkey bisa anda lihat di Greasemonkey berikut ini.

Setelah Script Facebook Color Changer terinstal di komputer anda, sekarang waktunya anda untuk mengakses Facebook. Setelah itu lihat Ikon Greasemonkey di pojok kanan browser anda, klik kanan dan kemudian pilih Userscript Commands dan klik Costumise Facebook Colours. Akan muncul Windows untuk menentukan warna pilihan untuk Facebook anda. Pilihlah warna sesuai dengan kesukaan anda.

Greasemongkey costumise

Kini, anda pun akan lebih bersemangat dalam mengakses Facebook dan tidak merasa bosan atau jemu dengan warna tampilan standar Facebook yang selalu itu-itu saja dari hari ke hari, karena kini anda bisa merubah warna tampilan Facebook sesuai dengan keinginan dan mood anda!

Selamat mencoba

Kamis, 12 Februari 2009

Pengaturan Antenna Satellite Parabola

Tidak mudah mengatur antena satellite secara tepat dengan hanya menggunakan receiver digital biasa. Pertama-tama Anda harus menggerakkan piringan ke arah yang tepat dan mendapat sinyalnya, jika muncul cuaca buruk, Anda akan kehilangan tayangan, atau paling tidak gambarnya terganggu, karena kebanyakan pabrikan menggunakan mounting yang kurang tepat. Untunglah ada beberapa petunjuk untuk memperbaiki pengaturan piringan dengan sedikit usaha, yang akan dibahas dalam artikel ini.

Satelit DTH modern memancarkan sinyal berdaya tinggi sehingga dapat diterima dengan piringan kecil 60cm atau bahkan dengan piringan datar dan jika terdapat masalah penerimaan, umumnya tidak terjadi karena piringan yang berukuran kecil namun karena pengarahan yang kurang tepat. Pada era analog sistem mounting tidak perlu begitu akurat, namun saat ini diperlukan pengaturan
dengan ketepatan hingga satu derajat.

Mount antenna kadang-kadang menyebabkan sangat sulit untuk mengarahkan piringan dengan tepat

Untuk mengatur elevasi piringan dengan mudah, kebanyakan pabrikan menambahkan skala pada mounting, namun seringkali skala tersebut terlalu kecil, sulit dibaca atau tidak dapat dilihat pada saat pengaturan. Situasi menjadi lebih buruk ketika Anda mencoba mengatur sudut azimuth, tidak ada skala dan Anda harus menggerakkan piringan sampai akhirnya mendapatkan sinyal yang tepat. Tentu saja Anda hanya bisa menggerakkan piringan jika bracket dibuka dan jika pabrikan hanya menggunakan sepasang bracket, elevasi piringan akan berubah ketika mengencangkan bracket lagi. Lebih jauh Anda akan berpengalaman, bahwa piringan tidak hanya mengubah sudut elevasi, tetapi juga akan mulai meluncur ke bawah tiang
mounting. Dalam situasi ini sangat sulit untuk mengatur piringan sendirian, khususnya jika
Anda mencoba memasang mount di atas atap dan receiver terletak jauh di ruang tengah.

Jika Anda tetap ingin mencobanya, terdapat beberapa pedoman yang akan membantu
Anda menyelesaikan pekerjaan Anda dengan sukses.

Tahap Pertama: Persiapan yang baik adalah sebagian pekerjaan

* Anda haruslah membeli antena dengan dengan skala elevasi yang tampak dengan jelas. Periksa juga bahwa piringan menggunakan dua pasang bracket mounting.

* Kerja sama dan gunakan jalur komunikasi antara orang yang mengoperasikan receiver
dengan orang yang memasang piringan.

* Temukan arah Selatan (di belahan bumi Selatan Anda harus mencari Utara) dengan
menggunakan kompas, perangkat GPS atau rencana konstruksi rumah Anda atau
menunggu sore, pada saat ini matahari akan berada di arah Selatan (di Utara bagi belahan
bumi Selatan).

* Temukan data geografislokasiAnda dengan menggunakan peranti lunak seperti Google Earth, atau perangkat GPS jika ada. Anda juga dapat menggunakan data kota besar yang berdekatan, tambahkan atau kurangi dengan 1° untuk setiap 100km dari lokasi tersebut.

* Gunakan koordinat ini untuk menghitung elevasi tempat Anda dengan menggunakan program seperti www.TELE-satellite.com/ fxpos.exe dan pasanglah piringan Anda dengan nilai ini di skala elevasi.

Tahap Kedua:
cari sinyal dengan dengan menggerakkan piringan perlahan-lahan

Sekarang perhatikan, bahwa tiang mounting benar-benar terpasang tegak lurus dan jika
posisinya sudah tepat, pasanglah piringan di tiang tersebut dan aturlah arahnya ke selatan (utara). Sekarang Anda memerlukan tambahan sepasang bracket dan pasanglah di bawah mounting antena, agar piringan tidak merosot ke bawah tiang. Tentu saja bisa dilepaskan setelah instalasi selesai. Orang kedua dapat mulai menyalakan receiver dan menala saluran dari satelit yang diinginkan. Gerakkan piringan perlahan-lahan ke arah timur atau barat hingga mencapai posisi, di mana FXPOS menghitung sudut azimuth Anda. Sekarang receiver mestinya sudah mendapatkan sinyal, jika tidak, gerakkan lagi piringan. Jika Anda tidak dapat menemukan sinyal, mungkin sudut elevasi Anda tidak tepat, maka gerakkan piringan ke Selatan, aturlah elevasi dengan 1, 2 atau bahkan 3 derajat dan ulangi lagi keseluruhan prosedur
hingga akhirnya mendapatkan sinyal.

Tahap Ketiga:

Perbaiki posisi piringan Anda untuk mengoptimalkan hasil penerimaan

Tahap terakhir ini untuk menyempurnakan penerimaan sinyal yaitu memperbaiki posisi antena Anda. Perlu dilakukan secara teliti sehingga piringan Anda akan bekerja dalam kondisi cuaca buruk dan mendapatkan seluruh transponder yang ada.

* Hampir setiap receiver digital menampilkan indikator kualitas atau bahkan nilai angka
(biasanya dengan menekan tombol info), sehingga pembantu Anda perlu memberitahu
Anda nilai ini ketika Anda memperbaiki posisi antena.

* Jika tidak ada yang bisa membantu Anda, maka Anda dapat menggunakan pencari satelit
yang murah, yang harus dipasang di antara antena dan receiver dengan menggunakan
colokan F, sehingga akan mendapatkan catu daya dari receiver. Tingkat kepekaannya tidak
setinggi perangkat profesional, namun sudah cukup bagus untuk mendapatkan posisi terbaik
bagi satelit yang telah ditemukan.

* Jika Anda ingin sering mengubah arah piringan Anda pada satelit yang berbeda,
maka pertimbangkanlah untuk membeli motor DiSEqC. Motor ini bekerja sangat akurat dengan tahapan 1/10° dan Anda dapat dengan mudah menerima satelit yang ada hanya dengan
sebuah LNB. Lebih lanjut motor ini selalu menggunakan dua pasang bracket mounting.

Cara Memasang Antena Parabola

Bagaimana cara memasang antena parabola dengan cara yang baik dan benar? Agar frekuensi sinyal yang kita dapatkan untuk menonton siaran TV atau sebagai peralatan interface internet dengan menggunakan antena parabola baik? Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan pada saat pemasangan antena parabola tersebut :

1. Posisi Parabola :
Letakkan parabola di bidang ( tempat terbuka ) tidak ada halangan ke langit bebas ( bebas dari rintangan seperti : pepohonan, gedung, dll ) serta datar. Untuk menentukan kedatarannya, bisa dengan cara menuang air ke baskom. Bila air penuh tepat lurus di bibir baskom berarti bidang cukup datar terhadap bumi. Bila posisinya miring, gunakan papan yang diganjal untuk mendapatkan bidang yang datar.

2. Penentuan Posisi Parabola :
Buatlah garis vertikal dan horizontal pada parabola untuk membantu penentuan posisinya. Titik temu garis ini harus berada tepat di dasar parabola ( gunakan gundu, tempat di mana gundu diam itulah titik dasar parabola ). Setelah digaris, berikan penanda empat arah mata angin seperti gambar berikut:

kompas.jpg

Arahkan piringan parabola ke arah mata angin menggunakan kompas yang diletakkan di dasar parabola ( yaitu titik pertemuan garis vertikal dan garis horizontal tersebut). Atur agar keempat arah mata angin itu sesuai dengan yang ditunjukkan di kompas.

3. Pemasangan LNBF :
Pasanglah LNBF pada bracket yang disediakan LNBF pada parabola. Untuk menentukan tinggi bracket yang tepat, bisa dengan cara menggunakan rumus berikut :

rumus.jpg

4. Pengaturan Sinyal :
Jika antena parabola sudah terpasang ( termasuk kabel-kabel konektornya ), kemudian aturlah agar sinyal diterima sebesar mungkin dengan mengkoreksi dudukan ( posisi ) piringan parabola. Kekuatan sinyal yang diperlukan >= 60% dan kualitas >= 70% dengan indikator warna hijau pada receiver yang artinya sudah cukup stabil menerima sinyal. Pada STB, gambar akan tampak baik bila sinyal ada di atas 60%, kualitas di atas 70% dan bar persentase menunjukkan warna hijau ( bisa berbeda di tiap STB ).

Selasa, 10 Februari 2009

Teknologi DWDM : Sejarah, Bisnis, dan Prospek

Di dalam sistem telekomunikasi, keterbatasan utama yang sudah menjadi hal umum adalah spektrum dan bandwidth. Namun adanya keterbatasan tidak selalu berdampak buruk khususnya pada perkembangan di bidang telekomunikasi, pertimbangkan yang terjadi belakangan ini pada komunikasi serat optik yang memperindah kilauan cahaya di dalam jaringan-jaringan yang tertanam di dasar samudera bahkan di bawah gedung-gedung bertingkat di kota-kota besar dunia.

Hal menarik dari penggunaan cahaya di dalam sistem komunikasi serat optik adalah fakta bahwa semakin tinggi frekuensi dari suatu gelombang pembawa (carrier), maka bandwidth atau kapasitas transmisinya pun akan semakin besar pula. Hal ini berdasarkan perhitungan dimana bandwidth suatu sistem secara teoritis sebesar 10% dari frekuensi gelombang pembawanya. Dengan demikian, suatu sistem komunikasi serat optik dengan panjang-gelombang sebesar 1550 nm, yang merupakan cahaya tak tampak, secara teoritis dapat memiliki bandwidth sebesar 1,93 x 1013 Hz (19,3 Thz).

+Pada prakteknya, belum ada suatu sistem memiliki bandwidth yang mendekati nilai teroritisnya tersebut. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan dari serat optik itu sendiri, dimana semakin besar informasi yang dibawanya, maka akan semakin rentan pula media tersebut menyebabkan dispersi sinyal, suatu keadaan dimana pulsa-pulsa cahaya mengalami pelebaran yang dapat mengakibatkan tumpah tindihnya pulsa-pulsa tersebut di sisi penerima sehingga informasi yang dikirimkan sulit untuk dideteksi. Akan tetapi seiring dengan kemajuan teknologi, sebuah gelombang pembawa mampu mengangkut informasi sampai puluhan Gbps (Gigabit per second) sebagai benih sistem berkapasitas terabit bahkan petabit secara keseluruhan.

Besarnya bandwidth yang mencapai nilai fantastis pada beberapa sistem bukanlah hal yang mubazir mengingat permintaan akan sambungan telekomunikasi dewasa ini menunjukkan gejala yang semakin tinggi saja. Hal utama yang mempercepat hal tersebut adalah berkembangnya aplikasi internet, dimana suatu studi menunjukkan sambungan telepon internasional meningkat dalam tingkatan 8-10% setiap tahunnya, sementara trafik untuk internet mengalami peningkatan lebih dari 85% untuk jangka waktu yang sama.

Project Oxygen, misalnya, yang memiliki kapasitas total sebesar 2,56 Tbps (2,56 x 1012 bps) untuk 8 helai serat optik yang dipergunakannya adalah contoh tercanggih dalam jaringan komunikasi serat optik khususnya aplikasi kabel

laut yang pembangunan untuk keseluruhan fasanya diperkirakan rampung pada pertengahan tahun 2003. Kemampuan sistem yang menakjubkan tersebut didukung oleh penggunaan teknologi DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) yang mempergunakan 32 buah panjang-gelombang dengan kapasitas masing-masing sebesar 10 Gbps untuk setiap helai serat optiknya. Sistem lainnya, yaitu Hibernia, yang menghubungkan kota Boston (USA) dengan daratan Eropa, memiliki kapasitas total 1,92 Tbps yang terdiri dari 4 helai serat optik masing-masing dengan 48 panjang-gelombang berkapasitas 10 Gbps.

Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM)

Hal menarik di penghujung bulan oktober lalu adalah kasus perusahaan Nortel Networks Corp. yang mengajukan tuntutan terhadap perusahaan baru Optical Networks Inc. yang diduga secara sistematis telah ‘membajak’ 19 staf R&D dalam tuduhan percobaan mengklon teknologi networking yang tengah dikembangkannya. Kepanikan perusahaan Nortel Networks tersebut sangat beralasan mengingat teknologi networking yang dimaksud tidak lain adalah DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) yang menjadi state-of-the-art terkini dalam bidang telekomunikasi.
  • Sejarah Perkembangan DWDM
Pada mulanya, teknologi WDM yang merupakan cikal bakal lahirnya DWDM berkembang dari keterbatasan yang ada pada sistem serat optik, dimana pertumbuhan trafik pada sejumlah jaringan backbone mengalami percepatan yang tinggi sehingga kapasitas jaringan tersebut dengan cepatnya terisi. Hal ini menjadi dasar pemikiran untuk memanfaatkan jaringan yang ada dibandingkan membangun jaringan baru.

Pada perkembangan WDM, beberapa sistem telah sukses mengakomodasikan sejumlah panjang-gelombang dalam sehelai serat optik yang masing-masing berkapasitas 2,5 Gbps sampai 5 Gbps. Namun penggunaan WDM menimbulkan permasalahan baru, yaitu ke-nonlinieran serat optik dan efek dispersi yang semakin kehadirannya semakin significant yang menyebabkan terbatasnya jumlah panjang-gelombang 2-8 buah saja di kala itu.

Pada perkembangan selanjutnya, jumlah panjang-gelombang yang dapat diakomodasikan oleh sehelai serat optik bertambah mencapai puluhan buah dan kapasitas untuk masing-masing panjang-gelombang pun meningkat pada kisaran 10 Gbps, kemampuan ini merujuk pada apa yang disebut DWDM.

Namun pada dasarnya, DWDM merupakan pemecahan dari masalah-masalah yang ditemukan pada WDM, dimana dari segi infrastruktur sendiri praktis hanya terjadi penambahan peralatan pemancar dan penerima saja untuk masing-masing panjang-gelombang yang dipergunakan. Inti perbaikan yang dimiliki oleh teknologi DWDM terletak pada jenis filter, serat optik dan penguat amplifier. Jenis filter yang umum dipergunakan di dalam sistem DWDM ini antara lain Dichroic Interference Filters (DIF), Fiber Bragg Gratings (FBG), Array Waveguide Filters (AWG) and Hybrid Fused Cascaded Fiber (FCF) dengan Mach-Zehnder (M-Z) interferometers. Komponen berikutnya adalah serat optik dengan dispersi yang rendah, dimana karakteristik demikian sangat diperlukan mengingat dispersi secara langsung berkaitan dengan kapasitas transmisi suatu sistem. Jenis serat optik yang banyak dipakai untuk aplikasi DWDM diantaranya LEAF® yang merupakan produk dari Corning®, yang oleh para carriers dipercaya sebagai serat berkualitas terbaik. Sementara penguat optik yang banyak dipergunakan untuk aplikasi demikian adalah EDFA dengan karakteristik flat untuk semua panjang-gelombang di dalam spektrum DWDM. Teknik lain yang yang telah sukses diujicobakan adalah dengan memperpendek jarak antar kanal, yang biasanya berkisar 1 nm menjadi 0,3 nm. Hal ini terutama berguna pada sistem yang spektrum penguatan dari penguat optiknya kurang merata.

  • Katalisator Pertumbuhan Industri Telekomunikasi
Kemunculan teknologi DWDM tersebut dengan segera menjadi daya tarik sendiri bagi perusahaan-perusahaan penyedia jasa telekomunikasi (carriers). Hal ini dikarenakan teknologi DWDM memungkinkan carriers untuk memiliki sebuah jaringan tanpa perlu susah payah membangun sendiri infrastruktur jaringannya, cukup menyewa beberapa panjang-gelombang sesuai kebutuhan dengan daerah tujuan yang sama ataupun berbeda. Metoda penyewaan panjang-gelombang ini pula yang saat ini banyak dilakukan oleh carriers, khususnya yang tergolong baru, di kawasan Eropa, dimana trafik telepon dan internet di kota-kota besar di kawasan tersebut menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi.

Keadaan ini memicu bermunculannya carriers baru yang dengan segera memiliki jaringan yang luas di benua tersebut dengan akses ke seluruh penjuru dunia, meski beberapa carriers yang tergolong mapan lebih memilih untuk membangun sendiri infrastrukturnya dengan alasan kemudahan dalam pengawasan, keamanan dll. Perbedaan strategi tersebut nantinya bakal mewarnai persaingan dalam penguasaan teknologi, manajemen jaringan dsb, meski tidak mesti terjadi perusahaan yang lebih memilih membangun sendiri infrastrukturnya (digger) akan menjadi lebih berkembang (bigger) dan perusahaan yang lebih memilih untuk menyewa panjanggelombang (leaser) menjadi pecundang (loser).

Sementara bagi produsen perangkat telekomunikasi sendiri, kemunculan teknologi ini seakan memberi angin segar bagi perusahaan baru untuk turut bermain di dalam bisnis bernilai milyaran dollar ini. Sebagai contoh adalah Ciena, yang menjadi pemain papan atas untuk produk DWDM.

Perbandingan Beberapa Produk DWDM

Produsen
Produk
Pilihan
Lucent
WaveStar OLS 400 Gbit/s
40 (l ) x 10 Gbit/s atau 80 x 2,5 Gbit/s
Nortel
OpteraLH
32 x 10 Gbit/s
Alcatel
1610
16 x 10 Gbit/s atau 32 x 2,5 Gbit/s
Siemens
Infinity
32 x 10 Gbit/s atau 64 x 2,5 Gbit/s
Fujitsu
FWX320G
32 x 10 Gbit/s atau 64 x 2,5 Gbit/s
Ciena
Sentry4000
96 x 2,5 Gbit
Sumber: Communication International
  • Cost-efective Technology
Maraknya pentransferan data dalam jumlah besar semisal aplikasi multimedia turut mendorong penggunaan teknologi serat optik sampai ke pengguna (end user), dimana aplikasi demikian sangat membutuhkan media transmisi yang dapat diandalkan dari segi kualitas sinyal, waktu akses (no delay), keamanan data, daerah cakupan penerima yang luas, maupun harga jual yang kompetitif, yang kesemuanya itu sudah menjadi karakter suatu jaringan yang menggunakan serat optik sebagai media transmisinya. Kelebihan yang dimiliki media serat optik itu pula yang seringkali dimanfaatkan oleh orang-orang yang bertugas di bidang pemasaran suatu jaringan untuk menarik para pelanggan, terutama kepada jaringan TV kabel (TV networks) dan penyedia jasa telekomunikasi international (carrier), untuk berpaling dari penggunaan satelit sebagai media transmisinya.

Hal tersebut sangatlah beralasan, dari segi biaya misalnya, Project Oxygen mematok harga $10 juta untuk kanal (channel) sebanyak 24 buah, masing-masing sebesar 45 megabit untuk jangka waktu 25 tahun. Hal ini berarti biaya sewa satu buah kanal adalah $16.000 untuk setiap tahunnya. Bandingkan dengan biaya rata-rata penyewaan per tahun sebuah transponder satelit C-band dengan umur operasi antara 5-15 tahun yang memiliki bandwidth sebesar 36 Mhz, yang mana membutuhkan biaya sebesar $1.5 juta - $2 juta untuk kapasitas sebesar 45 megabit.

Terlebih lagi kegagalan jaringan satelit Iridium, yang diproyeksikan untuk mendukung aplikasi telepon satelit, menambah kekecewaan dengan dinyatakan bankrut beberapa bulan yang lalu akibat permasalahan yang tak kunjung selesai dalam peluncuran satelitnya yang berjumlah puluhan itu. Praktis jaringan satelit LEO (low earth obit) lainnya, yaitu Teledesic menjadi pemain utama untuk telepon satelit, meski dapat kita bayangkan biaya yang perlu dikeluarkan untuk satu menit percakapan mengingat jaringan yang mulai beroperasi secara penuh pada tahun 2003 nantinya memiliki 840 satelit yang membutuhkan biaya yang sangat besar yang pada gilirannya berdampak pada pembebanan biaya kepada pelanggan, belum lagi kalau terjadi malfunction yang menambah rumit proses perbaikan. Sementara jaringan wireless terrestrial dirasakan sudah mencukupi kebutuhan para pengguna telepon seluler yang kebanyakan berada di kota-kota besar saja.

Pada perkembangan selanjutnya, teknologi DWDM ini tidak saja dipergunakan pada jaringan utama (backbone), melainkan juga pada jaringan akses di kota-kota metropolitan di seluruh dunia, seperti halnya New York yang memiliki distrik bisnis yang terpusat. Alasan utama yang mendorong penggunaan DWDM pada jaringan akses ini tentu saja kemampuan sehelai serat optik yang sudah mampu mengakomodasikan puluhan bahkan ratusan panjang-gelombang sehingga setiap perusahaan penyewa dapat memiliki ‘jaringan’ masing-masing.

Komoditas Masa Mendatang

Dari segi bisnis terjadinya merger dan akuisisi besar-besaran yang terjadi di industri telekomunikasi belakangan ini juga tidak lepas dari prospek pertumbuhan teknologi serat optik. Sebuah riset menunjukkan bahwa pada tahun 1998 saja terdapat kurang lebih 259 kesepakatan dengan nilai total sekitar $220 milyar. Merger terbesar yang pernah terjadi di dalam industri telekomunikasi adalah yang terjadi di antara perusahaan no 2 dan no.3 terbesar di Amerika Serikat, yaitu MCI WorldCom dan Sprint senilai US$ 115 milyar pada awal bulan october 1999 yang lalu. Perusahaan yang lebih lanjut bernama WorldCom tersebut memfokuskan pelayanannya pada sambungan jarak jauh internasional, komunikasi data, internet, dan wireless yang didukung oleh jaringan serat optiknya yang luas.



Merger dan Akuisisi dalam Industri Telekomunikasi

Tahun
Jumlah kesepakatan
Nilai
(Milyar dollar)
1995
241
27,3
1996
240
78,6
1997
249
92,6
1998
259
219,6
1999
(s/d Mei)
111
156,4

Salah satu alasan yang mendorong terjadinya merger dan akuisisi tersebut tiada lain adalah akses jaringan. Ketika suatu perusahaaan memutuskan untuk membeli perusahaan sejenis lainnya, secara tidak langsung ia pun memperluas akses jaringan maupun pangsa pasarnya. Hal itu yang menjadi dasar pemikiran para CEO perusahaan-perusahaan telekomunikasi besar saat ini dalam mengantisipasi pasar global mendatang, dimana pangsa pasar yang saat ini menjadi target utama perusahaan perusahaan dunia tiada lain adalah kawasan Asia-Pasifik. Kawasan dengan jumlah penduduk terbanyak di bumi ini ternyata baru mencapai sekitar 22% atau senilai 1 trilliun dollar dari keseluruhan pasar untuk jasa telekomunikasi di seluruh dunia. Maka tak heran apabila raksasa-raksasa telekomunikasi, seperti MCI WorldCom, Sprint, AT&T dan BT (British Telecom), sudah jauh hari mengembangkan sayapnya dengan melakukan investasi terhadap perusahaan jasa telekomunikasi setempat, terutama di Jepang, Taiwan, Hongkong, Australia dsb.

Pemfokuskan biaya riset dan pengembangan (R&D) dapat menjadi alasan selanjutnya bagi terciptanya suatu merger, karena bagi pemain besar sekelas WorldCom dan seteru utamanya AT&T, R&D yang menelan biaya milyaran dolar setiap tahunnya merupakan jantung pertumbuhan bisnis mereka. Maka tidak mengherankan apabila langkah sistematis yang dilakukan oleh perusahaan WorldCom yang dibangun dari pengakuisisian 40-an perusahaan yang kesemuanya berkaitan dengan komunikasi melalui jaringan serat optik merupakan langkah spektakuler, dimana ini membantu perusahaan untuk memfokuskan biaya R&D-nya hanya pada satu bidang saja.

Satu hal yang dapat dipetik dari maraknya merger yang terjadi dalam industri telekomunikasi adalah keberadaan bandwidth yang semula hanya merupakan elemen dari sebuah sistem telekomunikasi, belakangan ini sudah menjadi sebuah komoditi yang menentukan apakah sebuah perusahaan memutuskan menggunakan jasa yang ditawarkan oleh suatu carrier atau seorang pengguna internet dalam memilih penyedia jasa internet (internet service provider/ISP) atau bahkan menentukan seberapa tinggi peningkatan atau penurunan nilai saham sebuah perusahaan telekomunikasi di dalam bursa saham New York (NYSE), Nasdaq dsb. Sebagai contoh adalah merger dua raksasa di atas yang mendapat apresiasi positif yang tercermin pada naiknya nilai saham kedua perusahaan yang memiliki nama baru WorldCom tersebut. Sprint FON, misalnya, yang diperdagangkan di New York Stock Exchange (NYSE) mengalami kenaikan sebesar 6,8% dari nilai saham semula sebesar $56,999, sementara rekannya MCI Worldcom yang diperdagangkan di Nasdaq Stock Market mengalami kenaikan sebesar 1,6% dari nilai saham awal sebesar $70,497. Terlebih lagi, memasuki tiga minggu setelah pernyataan merger tersebut dikeluarkan, nilai saham kedua perusahaan tersebut tetap menunjukkan kecenderungan meningkat, Sprint FON saat itu diperdagangkan pada $727/8, sementara MCI WorldCom diperdagangkan pada kisaran $835/8 untuk setiap lembar sahamnya.

  • Kesimpulan
Dengan demikian, keberadaan sistem komunikasi canggih, seperti halnya sistem komunikasi serat optik, merupakan kesempatan baik bagi negara-negara berkembang, khususnya Indonesia dengan jumlah SST kurang lebih 4% dari jumlah penduduknya yang berjumlah lebih 200 juta jiwa tersebut, dalam memenuhi kebutuhan akan permintaan sambungan telekomunikasi yang sedemikian besarnya. Terlebih memasuki era perdagangan bebas nanti, PT. Telekomunikasi Indonesia sudah berancang-ancang melepaskan hak monopolinya untuk penyelenggaraan jasa telekomunikasi lokal yang berarti nantinya pemain-pemain internasional yang memiliki jaringan yang luas dengan keunggulan dalam penggunaan teknologi dan macam jasa yang ditawarkan dengan harga yang sangat kompetitif, akan memasuki pasar Indonesia. Contohnya adalah MCI WorldCom, Sprint, AT&T dan IDT, yang termasuk ke dalam kategori LDDS (Long Distance Discount Service), membandrol secara flat biaya sambungan jarak jauh hanya sebesar 3,5 - 7 sen setiap menitnya.

Meski demikian, di dalam situasi dimana perkembangan teknologi sedemikian pesatnya ditambah lagi persaingan di antara penjual jasa telekomunikasi yang mengakibatkan biaya untuk jasa tertentu menjadi lebih kompetitif, hal terpenting dan mendesak untuk diingat oleh para penyedia maupun pengguna jasa telekomunikasi, pada khususnya, adalah agar mampu memilih dan mengembangkan teknologi yang tepat sesuai kebutuhan dan mengusahakan agar semua itu dipergunakan secara efektif. Berlebihnya suatu komoditi atau jasa yang ditawarkan bukanlah alasan untuk mempergunakan semua itu secara tidak bertanggung jawab.